Senin, 15 Agustus 2011

Pesepak Bola Hebat


Bekal pemain sepak bola berprestasi ternyata tidak cuma keterampilan. Atlet haruslah memiliki kemampuan-kemampuan lainnya. Singkat kata, apa persis kunci sukses menjadi pemain sepak bola? 

Beberapa tahun belakangan, dunia sepak bola Tanah Air terasa suram. Tim nasional beberapa kali mengalami kegagalan dalam berbagai pertandingan. Bahkan, di tingkat regional ASEAN pun Tim Merah Putih belum mampu menunjukkan prestasi menggembirakan. Muncul kemudian beragam analisis penyebab gagalnya tim Indonesia. Ada yang menuduh pembinaannya tidak benar. Namun, ada pula yang menuding memang kualitas pemain di negeri ini masih kurang memadai. 

Yang pasti, di sudut pandang olahraga, sepak bola merupakan olahraga tim yang dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai faktor pendukung yang mesti dimiliki pemainnya. Selain faktor psikologis, pemain sepak bola yang baik harus didukung faktor daya tahan (endurance), kecepatan, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang sering terjadi pada ritme permainan baik selama pertandingan maupun latihan. Ia jelas juga dituntut mampu menggunakan energi secara kontinyu. 

Dalam cabang olahraga ini, pemain banyak melakukan gerakan lari cepat diselingi lari agak lambat, start secara cepat, melompat, serta sering kali berbenturan berebut bola. Semuanya memerlukan gerakan otot sepenuhnya selama 90 menit atau lebih. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui, gerakan lari ke depan selama suatu pertandingan bisa mencapai kurang lebih sejauh 12 km atau sekitar 29 kali keliling lapangan. 

Empat K
Namun, yang diperlukan setiap pemain berbeda menurut tugas masing-masing. Pemain penyerang misalnya, memerlukan kecepatan lari dan refleks, serta kemampuan untuk mengatasi rintangan dari pemain pertahanan lawan. Sementara pemain belakang, yang membentuk pertahanan, perlu memiliki daya tahan tinggi, kekuatan untuk menggagalkan serangan lawan, serta kecepatan dalam membendung serangan lawan. 

Pemain yang baik, tentu memiliki kemampuan-kemampuan tadi. Apakah pemain nasional kita telah memilikinya dengan sempurna? Perlu pengukuran-pengukuran objektif untuk itu. Atas dasar itu, untuk mengetahui kualitas pemain harus dilakukan tes bermain sepak bola. Tes tersebut sebaiknya berdasarkan tiga aspek mendasar dari teknik main sepak bola yang tak boleh dilupakan. Pertama, pengujian pada bagian-bagian badan yang mengadakan kontak dengan bola, yaitu kaki, tungkai, paha, perut, dada, kepala, dan tangan. Kedua, tes terhadap kemampuan pengendalian, pengoperan, dan penembakan bola. Ketiga, analisis gerak, yaitu penelitian mekanis dari gerakan pemain ketika mempraktikkan teknik sepak bolanya. 

Dalam melakukan tes ada empat aspek dasar yang perlu mendapat perhatian. Keempatnya adalah kekuatan (power), keterampilan, ketahanan, dan kecepatan, yang disingkat 4K. 

Pada tes power, pemain diminta melambungkan bola dengan cara menendang. Tiga kali menggunakan kaki kanan dan tiga kali menggunakan kaki kiri. Pelaksanaannya, bola ditendang melambung ke depan dari kedua tangan untuk mendapatkan jarak terjauh yang dapat dicapai. Mengukurnya dari tempat menendang bola sampai titik jatuhnya yang pertama di tanah. Jarak terjauh dan terdekat dari tendangan-tendangan tadi diukur dan diambil rata-ratanya. 

Untuk mengetahui keterampilan, pemain diminta mengendalikan bola selama satu menit. Caranya, bola diletakkan di tanah dan pemain harus menaikkan bola dengan kakinya serta mengusahakan agar bolanya tetap berada di udara dengan cara menyundulnya dengan bagian badannya selain tangan atau lengan. Jumlah kali bola jatuh ke tanah dihitung. 

Ketahanan pemain diuji dengan meminta pemain menendang bola dan lari cepat sebelum menembak lagi. Untuk itu, bola-bola diatur di sepanjang garis penalti di depan gawang dengan jarak masing-masing bola sama. Pemain yang dites berdiri di belakang bendera yang ditempatkan sejauh lima meter dari tengah garis tempat bola diletakkan. 

Setelah diberi aba-aba, pemain lari ke depan dan menendang bola ke arah gawang. Setiap kali selesai menendang bola, ia harus memutari bendera sebelum menuju bola berikutnya yang hendak ditendang. Pengujian ini bisa dilakukan terhadap penggunaan kedua kaki pemain secara bergantian. Waktu yang dicapai dalam menendang seluruh bola diukur. Denyut nadi istirahat diukur pada posisi berdiri sebelum tes dan satu, dua, serta tiga menit setelah tes. 

Pada tes kecepatan, pemain dites dengan atau tanpa bola. Tes ini mulai dari sudut daerah penalti ke garis tengah lapangan. Lima bendera ditempatkan sesuai dengan ukuran seperti tertera pada gambar. Pemain diminta lari dengan kecepatan maksimal, sesuai dengan garis-garis seperti pada gambar, sampai ia mencapai bendera terakhir. Ia harus secepatnya kembali ke titik awal lari. Waktunya diukur.

Dengan melakukan tes-tes tersebut, dan tes lainnya, dapatlah dievaluasi kemampuan atau penampilan pemain sepak bola dalam melakukan pertandingan, atau apakah ada kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam latihan yang telah diikutinya.

Kondisi neuromuskuler prima
Aspek lain yang perlu mendapat perhatian dalam sepak bola adalah faali tubuh pemain. Dari aspek ini, intensitas olahraga sepak bola yang begitu keras dapat menyebabkan cedera pada otot-otot, jaringan saraf, jantung, peredaran darah, dan sistem pernapasan. Hampir semua otot tubuh terlibat dalam olahraga ini. Membawa bola melewati lawan, menendang bola dengan sekuat tenaga ke lapangan atau untuk memasukkan bola, serta mengendalikan bola, baik dalam keadaan bebas ataupun dihadang lawan, semuanya memerlukan otot-otot yang kuat dan dalam kondisi prima. Sementara otot-otot tertentu bertugas memberikan kekuatan, otot-otot lain diandalkan kelenturannya. Namun di antara sekian banyak otot tubuh tubuh tadi, otot-otot pada kaki, tungkai, pinggul, dan badanlah yang mendapat tugas terbanyak. 
Untuk menghasilkan otot-otot tubuh yang kencang, program latihan sempurna, terutama untuk mengembangkan kekuatan dan endurance haruslah dilakukan. Program seperti itu memungkinkan otot-otot berkontraksi lebih kuat, lebih sering, dan dalam waktu lebih lama. Selain itu, penyaluran impuls (rangsangan) saraf ke unit motorik dapat menjadi lebih baik hingga dapat merangsang terjadinya kontraksi dari sebagian besar serabut-serabut otot. Sebagai hasilnya, kekuatan otot menjadi maksimal. Peningkatan kondisi saraf dan otot (neuromuskuler) dapatlah memberikan peningkatan pada presisi dan ekonomi gerak. Akhirnya, program latihan dapat dilakukan pemain dengan penggunaan energi lebih sedikit, sehingga mereka dapat menghemat tenaga sebanyak lebih kurang 25%. 

Pada waktu latihan atau pertandingan, jantung dan peredaran darah, terutama jantung, mendapat beban cukup berat. Denyut nadi tinggi, dan pada akhir latihan atau pertandingan denyut nadi bisa mencapai 180 - 200 denyut per menit. Setelah beberapa menit istirahat, kembalinya ke keadaan normal tergantung dari terlatih baik atau tidaknya pemain serta intensitas latihan atau pertandingan yang telah dijalaninya. Jumlah denyut nadi ketika istirahat biasanya lebih sedikit, tergantung dari adaptasi fisiologis pemain. Denyut nadi pemain sepak bola yang betul-betul terlatih bisa mencapai 40 - 56 denyut per menit. 

Kapasitas vital sistem pernapasan para pemain sepak bola yang betul-betul terlatih kurang lebih 78% lebih besar ketimbang yang bukan atlet. Latihan-latihan yang begitu berat dalam sepak bola menyebabkan frekuensi pernapasan ketika istirahat jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga. Ini artinya pernapasan pemain sepak bola jauh lebih bagus, efektif, dan efisien dari yang bukan atlet. 

Sejak dini
Di negara-negara tempat sepak bola sangat populer secara nasional, biasanya perhatian pada olahraga juga cukup besar, latihan umumnya dimulai sejak dini. Terang saja, karena latihan yang benar dan sesuai umur akan memberikan pondasi yang baik pada anak-anak itu. 

Hasil penelitian Koch menunjukkan, pada usia 10 - 20 tahun, tubuh masih dalam periode pertumbuhan dan perkembangan. Tulang-tulang besar masih belum begitu kuat, dan lempeng pertumbuhan masih terus berkembang. Juga, tempat melekatnya otot-otot pada tulang masih dalam periode penguatan, jaringan ikat kaki belum melekat betul pada tulang, dan lutut masih mudah pecah terutama garis dari epifisis (tempat lempeng pertumbuhan) pada paha, tempat melekat tendon pada tulang tungkai bawah. Sendi lutut pun belum dapat menerima beban terlalu banyak, serta pinggul akan bergerak secara berlebihan. Tulang tengkorak bagian atas juga belum begitu kuat. 

Mempertimbangkan semua hal itu, penting sekali bagi para calon pemain sepak bola untuk menjalani pemeriksaan secara teliti sejak anak-anak. Tingkat permainan sepak bola pun perlu disesuaikan dengan umur. Di bawah 12 tahun, aktivitas sepak bola seorang anak sebaiknya bersifat rekreasi saja. Setelah itu barulah ia dapat mulai bermain sepak bola yang sesungguhnya, untuk menghadapi pertandingan. Tentu saja, masih harus ada pembatasan mengenai lamanya pertandingan, ukuran lapangan (termasuk gawangnya) dan bola, serta lamanya kompetisi. 

Pada umumnya, sampai usia 14 tahun, lamanya musim pertandingan tidak lebih dari enam bulan, termasuk sebulan untuk persiapan. Pada usia 16 - 18 tahun, lama kompetisi sebaiknya tidak melebihi delapan bulan, termasuk sebulan untuk persiapan. Untuk kalangan pemain anak-anak dan remaja, antara dua pertandingan sebaiknya diselingi 5 - 6 hari masa pemulihan kondisi. 

Nah, dengan mempersiapkan calon-calon pemain sejak dini diharapkan berbagai kemampuan yang mesti dimiliki pemain sepak bola dapat diraih. Hasilnya, bisa dipetik pemain sepak bola terbaik dan berprestasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar